Judul :
Haider
Pemain :
Shahid Kapoor, Sharadda Kapoor,
Tabu, Kay
Kay Menon
Rilis : 2
Oktober 2014
Kisah
berlatarbelakang tahun 1995 di saat India mengalami konflik Kashmir. Dr. Hillal
Meer bersama istrinya Ghazala hidup dengan rasa was-was. Putranya yang bernama
Haider sedang menempuh studi di sebuah Universitas. Gejolak pemerintah Kashmir
dengan pemberontak semakin memanas, hingga akhirnya Dr. Hillal masuk ke dalam
masalah serius. Ia menolong seorang yang dianggap pemberontak pemerintah,
menyembuhkan dan melindunginya.
Di lain
hari, pemerintah mencari pimpinan pemberontak tersebut dengan mengumpulkan
seluruh warga laki-laki, muda maupun tua. Setiap pria yang terlibat akan
ditangkap dan disekap dalam penjara penyiksaan. Tak terkecuali Hillal. Ia
menjadi salah satu tawanan karena dianggap membelot. Hal ini hanya diketahui
Ghazala, istrinya dan tanpa memberi tahu Haider yang saat itu ada di
Universitas.
Beberapa
lama waktu berlalu Haider kembali ke kampung halamannya, ia menjadi sosok
pemuda yang dewasa dan berpendidikan. Mampu menjaga diri dan lebih memaknai
kehidupan. Diperjalanan Haider dan beberapa penduduk menjalani pemeriksaan
identitas. Penjaga itu mencurigai tujuan Haider dan mengamankannya di base camp
tentara. Mendengar hal ini, Arsy kekasih Haider segera menuju ke base camp
tentara untuk membebaskan Haider. Karena Arsy seorang wartawan, para tentara
itu melepaskan Haider.
Arsy hendak
mengantarnya ke rumah paman Haider dimana ibunya saat ini tinggal. Tapi Haider
menolak karena ia ingin kembali ke rumah, rumah ayah dan ibunya. Arsy
menceritakan bahwa tidak ada lagi rumah bagi keluarganya dan mengatakan ayah
Haider menghilang beberapa tahun lalu. Haider tetap bersikeras mendatangi
rumahnya yang kini menjadi puing-puing akibat pengeboman. Hati Haider sungguh
pilu melihat kejadian ini, dan ingin menuntut balas pada orang yang mencelakai
ayahnya. Di saat yang bersamaan, kakak Arsy melihat adiknya sedang berdua di
puing itu dan segera menyeretnya pulang. Tidak ada yang senang melihat keluarga
Meer karena dianggap sebagai pemberontak negara.
Haider
langsung menuju rumah pamannya Khurram. Di sana ia melihat ibunya sedang
bersenda gurau dengan pamannya, penuh suka cita, layaknya sepasang suami istri.
Dalam sekejap pikiran buruk di benak Haider mengatakan bahwa ibu dan pamannya
memiliki hubungan spesial. Ghazala terkejut melihat anaknya datang, ia ingin
memeluk namun Haider bermuka masam dan emosi berat. Untuk menenangkan Haider,
Ghazala tidak mengakui hubungannya dengan Khurram.
Haider
berusaha mencari jejak ayahnya, menurut Arsy, Dr. Hillal telah lama menghilang
dan dinyatakan tewas. Haider tak terima dengan kenyataan, kalau pun meninggal
dimana makam ayahnya. Ketika Khurram bertemu Haider, ia menegaskan akan
membantunya mencari kakaknya, ayah Haider. Namun haider sanksi karena Khurram
memiliki maksud tertentu.
Salman 1 dan
Salman 2 adalah anggota kepolisian dan anak buah Parvez Lone, ayah Arsy. Kedua
Salman itu berpura-pura membantu Haider yang sebenarnya mengintai gerak-gerik
Haider. Haider dan Arsy sepasang kekasih yang saling menyayangi dan
mempercayai. Apapun yang dikatakan Haider, Arsy pasti akan membantu. Parvez
Lone menggunakan cinta Arsy untuk mengamati Haider. Tak salah jika semua
rencana Haider diketahui lebih dulu oleh kepolisian.
Suatu siang,
Arsy diikuti oleh seorang pria berjubah putih. Dia memperkenalkan diri bernama
Roohdar dan membawa pesan dari Hillal untuk Haider. Arsy terkejut sekaligus
senang, kehadiran Roohdar akan membawa kejelasan akan nasib ayah Haider.
Haider
menghubungi nomer seluler yang diberikan Roohdar. Mereka berjanji akan bertemu
di sebuah jembatan keesokan harinya. Ternyata kedua Salman juga membuntuti
Haider dan menginformasikan pada Parvez Lone dan Khurram. Dalam foto yang
didapat Salman, Parvez dan Khurram mengenali bahwa pria yang membawa Haider
adalah Roohdar. Seorang pria yang bisa mengancam keselamatan mereka.
Dalam
perjalanan bersama Roohdar, kedua mata Haider ditutup kain hitam dan
diperlakukan seakan-akan musuh. Perjalanan itu sangat jauh dan berliku.
Sesampai di tempat Haider menemukan Roohdar bersama beberapa anggota lainnya,
dan tidak menemukan ayahnya disana. Haider semakin curiga dengan aksi Roohdar,
dalam hati ia berpikir Roohdar dan kawannya komplotan pemberontak negara dan
sengaja mencelakainya seperti Dr. Hillal.
Perselisihan
dan debat terjadi, akhirnya Roohdar membuka fakta bahwa Dr. Hillal telah tewas
dibunuh saudaranya sendiri, Khurram. Haider semakin panas hati. Ia tidak terima
dengan pernyataan Roohdar. Namun, ketika Roohdar mengatakan bahwa Khurram
melakukan hal itu demi mendapatkan wanita yang dicintainya, Ghazala. Maka,
yakinlah Haider bahwa ayahnya memang tewas karena Khurram.
Roohdar
menceritakan pertemuannya dengan Dr. Hilla di sebuah penjara pengasingan.
Tentara itu menyiksa dan mengasingkan tawanan disebuah tempat yang gelap dan
kotor. Mereka dipaksa mengakui perbuatan yang sebenarnya bukan perbuatannya.
Jeritan para tawanan sering terdengar. Namun Hillal menghibur diri dengan
bernyanyi. Saat itulah Roohdar mengenal Hillal. Mereka menjadi sahabat dalam
penjara dengan menyampaikan ide-ide jika suatu saat keluar dari pengasingan.
Hillal hanya berpesan jika dirinya tidak bisa bebas yaitu sampaikan pada
Haider, selamatkan ibunya dari mata jahat Khurram.
Suatu malam,
Roohdar dan Hillal mendapat jalan untuk bebas. Mereka tercebur di dalam sungai
Jhellum. Dengan keadaan terikat dan payah keduanya berusaha berenang ke darat,
namun Hillal sudah tidak bernyawa. Mereka memakamkan Hillal di pemakaman umum
yang tidak jelas asal usul keluarganya. Roohdar menunjukkan pada Haider nomor
makam ayahnya.
Untuk
membuktikan hal itu Haider menuju makam. Disana memang banyak makam tanpa nama,
hanya nomor nisan yang menandainya. Juru kunci pun menunjukkan jalan dan foto
mayat Hillal sebelum dimakamkan. Haider berlutut sedih di depan makam ayahnya.
Ghazala
beberapa hari tidak melihat putranya, ia merindukan Haider. Khurram hanya
menghibur dan menjelaskan bahwa ia sangat mencintai Ghazala. Namun, kedua orang
itu belum terikat pernikahan, karena status Ghazala antara janda dan pengantin
belum bisa ditentukan sebab ia belum melihat jenazah suaminya.
Di sebuah
jalan, kerumunan orang memenuhi lapangan. Mereka mendengarkan perkataan sebuah
lelucon dari pemuda dengan kepala botak. Orang-orang sangat menyukainya dan
tertawa dengan lelucon itu. Saat itu Khurram dan Ghazala melihat bahwa pemuda
itu adalah Haider. Betapa malu hati Ghazala melihat putranya menjadi tontonan
orang-orang. Khurram berhasil menarik Haider dari kerumunan itu dan menemui
Ghazala. Dengan tertawa lepas Haider menunjukkan foto jenazah Hillal.
Haider
kembali ke rumah pamannya untuk sang ibu. Mereka sekeluarga berziarah dan
mengirim doa dimakam Hillal dan mengadakan doa bersama di rumah. Selesai acara
itu, Khurram mengumumkan bahwa besok ia akan menikahi Ghazala, dan ia pun
setuju. Haider hanya melihat sinis, dalam hatinya terlintas ide konyol untuk
membunuh Khurram.
Pernikahan
Khurram – Ghazala digelar dengan meriah. Bahkan Haider memberikan sebuah tarian
untuk menghibur pengantin. Tetapi dibalik semua itu Haider mempersiapkan sebuah
pembunuhan untuk Khurram. Rencana itu hanya Arsy yang tau, namun sayang Parvez
Lone mengorek rencana itu dari putrinya. Nyanyian Haider menyindir dan
bercerita tentang kekejaman pria yang tega memisahkan pasangan sejati. Demi
mendapatkan cinta wanita itu, pria jahat tersebut rela membunuh kekasih pria.
Khurram tertohok dengan kisah nyanyian Haider dan diakhir pertunjukkan, Khurram
lebih sigap menyerang Haider.
Sejak itu
Haider mengetahui bahwa Arsy yang membocorkan rencananya dan menjadi buron.
Dengan pistol di tangan Haider melarikan diri ke rumah lamanya. Disana ia
bertemu dengan ibunya, mereka berdebat dan saling menyesal. Saat itu datanglah
Parvez Lone dengan sebuah tembakan, namun pistol Haider lebih dulu mengenai
kepala Parvez hingga tewas.
Kematian
Parvez membawa luka dalam bagi Arsy, ia tak bisa berpikir dengan akal sehat, di
satu sisi Haider adalah cintanya dan disisi lain ada ayahnya yang dipercaya
namun ia berkhianat. Arsy menjadi wanita linglung dan lemah. Ia mengakhiri
hidupnya dengan sebuah tembakan di kepala.
Haider
bersembunyi di rumah pemakaman. Ia melihat beberapa orang mengadakan upacara
pemakaman seorang wanita. Setelah diamati mereka memakamkan jenazah Arsy.
Haider begitu kehilangan dan sedih. Ia menghampiri makam Arsy dan terlibat baku
hantam dengan kakak Arsy. Atas ketidaksengajaan Haider mendorong kakak Arsy
hingga jatuh terbentur batu. Seketika kakak Arsy tewas. Haider mengeluarkan
jenazah Arsy dan memeluknya dengan erat di dalam rumah persembunyian.
Tak lama
kemudian Khurram dan anak buahnya datang akan menangkap Haider. Untunglah 2
orang juru kunci yang sudah tua turut menembaki Khurram dan lainnya. Mereka
saling menembak. Satu persatu anak buah Khurram tumbang dan 2 orang juru kunci
itupun tewas.
Ghazala
datang diantara perselisihan itu. Ia berjanji akan membawa anaknya turun.
Ghazala masuk seorang diri dan berusaha menyadarkan Haider. Namun, anak
tercintanya itu tetap pada pendirian, akan membalas perbuatan Khurram. Ghazala
turun tanpa Haider. Ia berdiri ditengah salju dengan 8 bom ditubuhnya.
Pikirannya kacau dan pandangan matanya sayu. Ghazala menyesali kehidupan yang
terjadi padanya. Ia sengaja mengorbankan diri untuk mengakhiri perselisihan ini
tanpa dendam. Ghazala siap melepas kawat bom.
Haider dan
Khurram berteriak dan lari sekencang mungkin ke arah Ghazala, tapi sayang 8 bom
itu telah meledak menghancurkan tubuh Ghazala. Posisi Haider tak seberapa jauh
dari ibunya, ledakan itu hanya membuat kulit dan tubuhnya penuh darah.
Sedangkan Khurram, ia terlalu mencintai Ghazala, ledakan itu membekas
selamanya, sebagian tubuh bagian bawah Khurram telah hancur namun nyawanya
masih melekat.
Haider
terpukul melihat kematian ibunya, ia akan menghabisi Khurram selamanya namun
apa yang terjadi pada diri Khurram saat ini cukup untuk menghukum dirinya di
sisa hidupnya. Berulang kali Khurram memohon untuk dibunuh namun Haider
meninggalkannya.