Rabu, 27 Mei 2015

Sinopsis Haider



Judul : Haider
Pemain : Shahid Kapoor, Sharadda Kapoor,
Tabu, Kay Kay Menon
Rilis : 2 Oktober 2014


Kisah berlatarbelakang tahun 1995 di saat India mengalami konflik Kashmir. Dr. Hillal Meer bersama istrinya Ghazala hidup dengan rasa was-was. Putranya yang bernama Haider sedang menempuh studi di sebuah Universitas. Gejolak pemerintah Kashmir dengan pemberontak semakin memanas, hingga akhirnya Dr. Hillal masuk ke dalam masalah serius. Ia menolong seorang yang dianggap pemberontak pemerintah, menyembuhkan dan melindunginya.

Di lain hari, pemerintah mencari pimpinan pemberontak tersebut dengan mengumpulkan seluruh warga laki-laki, muda maupun tua. Setiap pria yang terlibat akan ditangkap dan disekap dalam penjara penyiksaan. Tak terkecuali Hillal. Ia menjadi salah satu tawanan karena dianggap membelot. Hal ini hanya diketahui Ghazala, istrinya dan tanpa memberi tahu Haider yang saat itu ada di Universitas.

Beberapa lama waktu berlalu Haider kembali ke kampung halamannya, ia menjadi sosok pemuda yang dewasa dan berpendidikan. Mampu menjaga diri dan lebih memaknai kehidupan. Diperjalanan Haider dan beberapa penduduk menjalani pemeriksaan identitas. Penjaga itu mencurigai tujuan Haider dan mengamankannya di base camp tentara. Mendengar hal ini, Arsy kekasih Haider segera menuju ke base camp tentara untuk membebaskan Haider. Karena Arsy seorang wartawan, para tentara itu melepaskan Haider.

Arsy hendak mengantarnya ke rumah paman Haider dimana ibunya saat ini tinggal. Tapi Haider menolak karena ia ingin kembali ke rumah, rumah ayah dan ibunya. Arsy menceritakan bahwa tidak ada lagi rumah bagi keluarganya dan mengatakan ayah Haider menghilang beberapa tahun lalu. Haider tetap bersikeras mendatangi rumahnya yang kini menjadi puing-puing akibat pengeboman. Hati Haider sungguh pilu melihat kejadian ini, dan ingin menuntut balas pada orang yang mencelakai ayahnya. Di saat yang bersamaan, kakak Arsy melihat adiknya sedang berdua di puing itu dan segera menyeretnya pulang. Tidak ada yang senang melihat keluarga Meer karena dianggap sebagai pemberontak negara.

Haider langsung menuju rumah pamannya Khurram. Di sana ia melihat ibunya sedang bersenda gurau dengan pamannya, penuh suka cita, layaknya sepasang suami istri. Dalam sekejap pikiran buruk di benak Haider mengatakan bahwa ibu dan pamannya memiliki hubungan spesial. Ghazala terkejut melihat anaknya datang, ia ingin memeluk namun Haider bermuka masam dan emosi berat. Untuk menenangkan Haider, Ghazala tidak mengakui hubungannya dengan Khurram.

Haider berusaha mencari jejak ayahnya, menurut Arsy, Dr. Hillal telah lama menghilang dan dinyatakan tewas. Haider tak terima dengan kenyataan, kalau pun meninggal dimana makam ayahnya. Ketika Khurram bertemu Haider, ia menegaskan akan membantunya mencari kakaknya, ayah Haider. Namun haider sanksi karena Khurram memiliki maksud tertentu.

Salman 1 dan Salman 2 adalah anggota kepolisian dan anak buah Parvez Lone, ayah Arsy. Kedua Salman itu berpura-pura membantu Haider yang sebenarnya mengintai gerak-gerik Haider. Haider dan Arsy sepasang kekasih yang saling menyayangi dan mempercayai. Apapun yang dikatakan Haider, Arsy pasti akan membantu. Parvez Lone menggunakan cinta Arsy untuk mengamati Haider. Tak salah jika semua rencana Haider diketahui lebih dulu oleh kepolisian.

Suatu siang, Arsy diikuti oleh seorang pria berjubah putih. Dia memperkenalkan diri bernama Roohdar dan membawa pesan dari Hillal untuk Haider. Arsy terkejut sekaligus senang, kehadiran Roohdar akan membawa kejelasan akan nasib ayah Haider.

Haider menghubungi nomer seluler yang diberikan Roohdar. Mereka berjanji akan bertemu di sebuah jembatan keesokan harinya. Ternyata kedua Salman juga membuntuti Haider dan menginformasikan pada Parvez Lone dan Khurram. Dalam foto yang didapat Salman, Parvez dan Khurram mengenali bahwa pria yang membawa Haider adalah Roohdar. Seorang pria yang bisa mengancam keselamatan mereka.

Dalam perjalanan bersama Roohdar, kedua mata Haider ditutup kain hitam dan diperlakukan seakan-akan musuh. Perjalanan itu sangat jauh dan berliku. Sesampai di tempat Haider menemukan Roohdar bersama beberapa anggota lainnya, dan tidak menemukan ayahnya disana. Haider semakin curiga dengan aksi Roohdar, dalam hati ia berpikir Roohdar dan kawannya komplotan pemberontak negara dan sengaja mencelakainya seperti Dr. Hillal.

Perselisihan dan debat terjadi, akhirnya Roohdar membuka fakta bahwa Dr. Hillal telah tewas dibunuh saudaranya sendiri, Khurram. Haider semakin panas hati. Ia tidak terima dengan pernyataan Roohdar. Namun, ketika Roohdar mengatakan bahwa Khurram melakukan hal itu demi mendapatkan wanita yang dicintainya, Ghazala. Maka, yakinlah Haider bahwa ayahnya memang tewas karena Khurram.
 
 

 Roohdar menceritakan pertemuannya dengan Dr. Hilla di sebuah penjara pengasingan. Tentara itu menyiksa dan mengasingkan tawanan disebuah tempat yang gelap dan kotor. Mereka dipaksa mengakui perbuatan yang sebenarnya bukan perbuatannya. Jeritan para tawanan sering terdengar. Namun Hillal menghibur diri dengan bernyanyi. Saat itulah Roohdar mengenal Hillal. Mereka menjadi sahabat dalam penjara dengan menyampaikan ide-ide jika suatu saat keluar dari pengasingan. Hillal hanya berpesan jika dirinya tidak bisa bebas yaitu sampaikan pada Haider, selamatkan ibunya dari mata jahat Khurram.

Suatu malam, Roohdar dan Hillal mendapat jalan untuk bebas. Mereka tercebur di dalam sungai Jhellum. Dengan keadaan terikat dan payah keduanya berusaha berenang ke darat, namun Hillal sudah tidak bernyawa. Mereka memakamkan Hillal di pemakaman umum yang tidak jelas asal usul keluarganya. Roohdar menunjukkan pada Haider nomor makam ayahnya.

Untuk membuktikan hal itu Haider menuju makam. Disana memang banyak makam tanpa nama, hanya nomor nisan yang menandainya. Juru kunci pun menunjukkan jalan dan foto mayat Hillal sebelum dimakamkan. Haider berlutut sedih di depan makam ayahnya.

Ghazala beberapa hari tidak melihat putranya, ia merindukan Haider. Khurram hanya menghibur dan menjelaskan bahwa ia sangat mencintai Ghazala. Namun, kedua orang itu belum terikat pernikahan, karena status Ghazala antara janda dan pengantin belum bisa ditentukan sebab ia belum melihat jenazah suaminya.

Di sebuah jalan, kerumunan orang memenuhi lapangan. Mereka mendengarkan perkataan sebuah lelucon dari pemuda dengan kepala botak. Orang-orang sangat menyukainya dan tertawa dengan lelucon itu. Saat itu Khurram dan Ghazala melihat bahwa pemuda itu adalah Haider. Betapa malu hati Ghazala melihat putranya menjadi tontonan orang-orang. Khurram berhasil menarik Haider dari kerumunan itu dan menemui Ghazala. Dengan tertawa lepas Haider menunjukkan foto jenazah Hillal.

Haider kembali ke rumah pamannya untuk sang ibu. Mereka sekeluarga berziarah dan mengirim doa dimakam Hillal dan mengadakan doa bersama di rumah. Selesai acara itu, Khurram mengumumkan bahwa besok ia akan menikahi Ghazala, dan ia pun setuju. Haider hanya melihat sinis, dalam hatinya terlintas ide konyol untuk membunuh Khurram.

Pernikahan Khurram – Ghazala digelar dengan meriah. Bahkan Haider memberikan sebuah tarian untuk menghibur pengantin. Tetapi dibalik semua itu Haider mempersiapkan sebuah pembunuhan untuk Khurram. Rencana itu hanya Arsy yang tau, namun sayang Parvez Lone mengorek rencana itu dari putrinya. Nyanyian Haider menyindir dan bercerita tentang kekejaman pria yang tega memisahkan pasangan sejati. Demi mendapatkan cinta wanita itu, pria jahat tersebut rela membunuh kekasih pria. Khurram tertohok dengan kisah nyanyian Haider dan diakhir pertunjukkan, Khurram lebih sigap menyerang Haider.

Sejak itu Haider mengetahui bahwa Arsy yang membocorkan rencananya dan menjadi buron. Dengan pistol di tangan Haider melarikan diri ke rumah lamanya. Disana ia bertemu dengan ibunya, mereka berdebat dan saling menyesal. Saat itu datanglah Parvez Lone dengan sebuah tembakan, namun pistol Haider lebih dulu mengenai kepala Parvez hingga tewas.

Kematian Parvez membawa luka dalam bagi Arsy, ia tak bisa berpikir dengan akal sehat, di satu sisi Haider adalah cintanya dan disisi lain ada ayahnya yang dipercaya namun ia berkhianat. Arsy menjadi wanita linglung dan lemah. Ia mengakhiri hidupnya dengan sebuah tembakan di kepala.

Haider bersembunyi di rumah pemakaman. Ia melihat beberapa orang mengadakan upacara pemakaman seorang wanita. Setelah diamati mereka memakamkan jenazah Arsy. Haider begitu kehilangan dan sedih. Ia menghampiri makam Arsy dan terlibat baku hantam dengan kakak Arsy. Atas ketidaksengajaan Haider mendorong kakak Arsy hingga jatuh terbentur batu. Seketika kakak Arsy tewas. Haider mengeluarkan jenazah Arsy dan memeluknya dengan erat di dalam rumah persembunyian.

Tak lama kemudian Khurram dan anak buahnya datang akan menangkap Haider. Untunglah 2 orang juru kunci yang sudah tua turut menembaki Khurram dan lainnya. Mereka saling menembak. Satu persatu anak buah Khurram tumbang dan 2 orang juru kunci itupun tewas.


Ghazala datang diantara perselisihan itu. Ia berjanji akan membawa anaknya turun. Ghazala masuk seorang diri dan berusaha menyadarkan Haider. Namun, anak tercintanya itu tetap pada pendirian, akan membalas perbuatan Khurram. Ghazala turun tanpa Haider. Ia berdiri ditengah salju dengan 8 bom ditubuhnya. Pikirannya kacau dan pandangan matanya sayu. Ghazala menyesali kehidupan yang terjadi padanya. Ia sengaja mengorbankan diri untuk mengakhiri perselisihan ini tanpa dendam. Ghazala siap melepas kawat bom.

Haider dan Khurram berteriak dan lari sekencang mungkin ke arah Ghazala, tapi sayang 8 bom itu telah meledak menghancurkan tubuh Ghazala. Posisi Haider tak seberapa jauh dari ibunya, ledakan itu hanya membuat kulit dan tubuhnya penuh darah. Sedangkan Khurram, ia terlalu mencintai Ghazala, ledakan itu membekas selamanya, sebagian tubuh bagian bawah Khurram telah hancur namun nyawanya masih melekat.
Haider terpukul melihat kematian ibunya, ia akan menghabisi Khurram selamanya namun apa yang terjadi pada diri Khurram saat ini cukup untuk menghukum dirinya di sisa hidupnya. Berulang kali Khurram memohon untuk dibunuh namun Haider meninggalkannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar